Selasa, 31 Januari 2012

Penanganan Sampah Plastik di Indonesia Sebatas Wacana

Laporan dari website VOA Indonesia
Judul: Penanganan Sampah Plastik di Indonesia Sebatas Wacana (Minggu 29 Januari 2012)

Wisnu Made, Direktur Yayasan memberikan suatu penilaian 'Penanganan sampah plastik di Indonesia hingga kini dinilai masih sebatas wacana'.
Siapa yang tidak mengenal yang namanya sampah, saya yakin hampir seluruh masyarakat bukan saja di Indonesia tapi diseluruh dunia mengenal, mengetahui, dan juga menghasilkan sampah,  baik itu sampah organik maupun sampah non organik. Sampah merupakan barang yang tidak dapat kita gunakan lagi (tapi bagi orang kreatif sampah merupakan seni sehingga dapat digunakan kembali dan juga menghasilkan rupiah).
Pada saat ditemui tim VOA di Denpasar Bali minggu pagi, Suarnatha mengungkapkan penanganan sampah plastik menjadi sekedar wacana karena hingga saat ini tidak terdapat mekanisme implementasi yang jelas tentang bagaimana penyelesaian terhadap sampah plastik. Begitu juga aturan yang ada seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah tidak terimplementasi secara optimal. Selain itu aturan hukum yang ada selalu hanya diwajibkan bagi masyarakat, tetapi masyarakat tidak menyadari secara jelas tentang aturan tersebut. Implementasi aturan terhadap penanganan sampah plastik semakin tidak jelas karena aturan yang ada, diimplementasikan tanpa disertai penyediaan infrastruktur pendukung yang memadai
Saya sebagai salah satu warga Indonesia juga masih bingung terhadap pengolahan sampah, terutama sampah plastik. Aturan sangat mudah untuk dibuat tetapi tidak mudah untuk melaksanakan maupun merealisasikan aturan tersebut, dibutuhkan kerjasama dan saling percaya antara masyarakat dan birokrasi.Sebaiknya aturan yang ada lebih dijelaskan kepada masyarakat, saya yakin aturan yang dibuat tidak bertujuan untuk memberikan kerugian kepada masyarakat tetapi justru sebaliknya memberikan keuntungan dan kenyamanan bagi masyarakat Indonesia, apalagi sampah plastik merupakan limbah yang mengambil masa penguraian yang sangat lama bisa mencapai ratusan tahun, bagaimana dengan masa depan anak cucu kita? Apakah kita tega membiarkan mereka nantinya hidup di padang maupun laut penuh dengan tumpukan sampah plastik bukan seperti kita yang masih dapat menikmati hijau padang rumput serta birunya keindahan laut?? Jawabannya ada pada diri Anda sendiri.
Menurut Made Suarnatha, walaupun masyarakat sadar untuk memilah, tidak adanya fasilitas pendukung yang mengakomodasi pada akhirnya akan membuat orang lama kelamaan menjadi malas. "Inilah peran pemerintah dalam hal penataan ruang dalam membangun komponen ruang komponen pendukung harus dibangun, itu yang tidak terkoordinasi dengan bagus,” demikian kata Made Suarnatha.
Memilah merupakan salah satu cara ampuh untuk mengurangi sampah plastik. Tapi apalah gunanya memilah apabila nantinya sampah yang sudah masyarakat pilah dari rumah yang sudah dipisahkan antara sampah plastik dan organik, tetapi ketika hendak di buang di tempat sampah tidak disediakan  tempat sampah yang terpisah, hal itu akan membuat masyarakat berpikir pihak berwajib tidak serius dalam masalah sampah tersebut.
Menurut Suarnatha, pemerintah juga harus berani tegas kepada sumber-sumber penghasil sampah plastik seperti supermarket untuk menampung kembali sampah plastik yang dihasilkan, sehingga tidak menyerahkan kewajiban tersebut pada masyarakat.
Pada zaman modern ini, supermarket sudah ada dimana-mana di kota maupun di desa, intinya bisa dijangkau semua kalangan dimana pun berada, sehingga banyak masyarakat beralih kepada supermarket ketimbang pasar tradisional, selain murah supermarket juga menyediakan tempat yang nyaman dan aman. Sebaiknya pemerintah tegas terhadap hal tersebut, mengenai sampah plastik yang dihasilkan supermarket-supermarket. Selain itu, salah satu penyumbang sampah plastik adalah maraknya pemasaran minuman maupun makanan kemasan. Hidup praktis lebih mudah, tapi akan menghsilkan dampak yang besar.
Sebelumnya, Bali meluncurkan program Bali bebas sampah plastik 2015. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali Anak Agung Alit Sastrawan menyatakan hingga saat ini Bali baru mampu pada tingkat pengumpulan sampah plastik melalui berbagai program, salah satunya pengumpulan sampah plastik melalui sekolah.“Ini kendala kita, belum kita ketemukan teknologinya, investornya, untuk mengolah sampah plastik. Jadi kita baru mengumpulkan. Saya sudah bicara dengan pemulung-pemulung belum ada yang mau, belum ada yang mampu mengumpulkan semuanya,” demikian kata Anak Agung Alit Sastrawan.
Sementara Data Deputi Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari di mana 15 persennya adalah plastik.
Intinya, pemerintah dan seluruh masyarakat di Indonesia perlu kerjasama untuk memberantas yang namanya sampah plastik, jangan tunggu besok, jangan tunggu minggu depan maupun tahun depan, tapi mulailah dengan hari ini. Jangan hanya Indonesia saja yang fokus terhadap sampah plastik tapi seluruuh dunia ikut berkerjasam untuk memberantas yang namanya sampah plastik, karena kita hidup di bumi yang sama. Jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan.



| Free Bussines? |

1 komentar:

  1. Sampah memang menjadi masalah yang cukup pelik di negeri kita ini. Bayangkan saja, di objek wisata semisal Pelabuhan Ratu saja sudah dipenuhi sampah. Seperti yang terungkap di sajian berita http://bit.ly/1ju4NCa . Dikutip dari sumber berita tersebut, Seketaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sukabumi, Jujun Junaeni mengaku bahwa sampah tersebut berasal dari sungai2 kecil yang ada di sekitar pantai dan limbah dari masyarakat serta restauran yg ada di bibir pantai. Dalam hal mengatasinya, saya rasa yang diperlukan adalah kedisiplin dan kebersamaan. Benar penanganannya.

    BalasHapus